Monday, October 31, 2011

Potensi kacang Mete orientasi Ekspor dari Kabupaten Ende Flores



Produksi gelondong mete Indonesia saat ini sekitar 146.000 ton pertahun. Sekitar 42% dari produksi tersebut diekspor dalam bentuk gelondong mete, 10% diekspor setelah dikacip menjadi kacang mete, dan 48% dikonsumsi di dalam negeri. Nilai ekspor mete Indonesia pada tahun 2007 sekitar US$ 83 juta yang berasal dari ekspor gelondong mete sebesar US$ 58 juta dan dari ekspor kacang mete US$ 25 juta. Dengan tingkat produksi gelondong mete seperti di atas, Indonesia masih tergolong sebagai negara kecil dalam industri mete dunia. Produksi gelondong mete dunia saat ini sekitar 2.400.000 ton, lebih dari setengahnya dihasilkan oleh dua negara produsen utama yaitu Vietnam (35%) dan India (20%). Kacang mete organik produksi UD Nusa Permai di Kabupaten Ende mampu menembus pasar AS dan Eropa, sebab perusahaan keluarga itu telah memiliki sertifikat organik sejak tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Institute for Marketecology (IMO) Switzerland, lembaga sertifikasi internasional.UD Nusa Permai mulai melakukan ekspor kacang mete organik tahun 2007. Di kawasan Flores sejauh ini UD Nusa Permai mendapatkan pasokan bahan baku mete khusus hanya dari petani jambu mete organik, yaitu di Desa Ile Padung, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur, dan Desa Rowa, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo. Pasalnya, di kawasan Flores hingga Lembata dan Alor, petani jambu mete sampai saat ini yang bersertifikat organik dengan standar internasional baru di Flores Timur, Nagekeo, dan Sikka.

Kunjungan ke UPH Nusa Permai Kacang Mete Organik khas NTT lebih alami dan sehat dikonsumsi. Oleh karena itu konsumen mancanegara seperti swiss, Amerika Serikat dan Jepang menggemarinya dan dalam waktu dekat akan bekerjasama ekspor ke Jerman. Sampai dengan saat ini perusahaan mempunyai 112 karyawan dan 95% diantaranya adalah perempuan. Seluruh karyawan ini berasal dari desa-desa di wilayah Kecamatan Wolowaru dengan penghasilan rata-rata Rp. 600.000 - 900.000,- per-bulan. Oleh karna sumberdaya manusia industri di NTT relatif kurang trampil, Pemda NTT melakukkan pelatihan, bantuan produksi dan kerap mengajak berpromosi di berbagai pameran. Unit Usaha Pengolahan Mete Nusa Permai berdiri sejak tahun 2007. Fokus usaha ini adalah pada pengolahan gelondong mete, menjadi biji/kernel mete organik atau yang lazim disebut kacang mete organik atau yang lazim disebut kacang mete organik. Selain unit pengolah mete, Nusa permai juga berdagang hasil bumi sejak tahun 1986. Sejak tahun 2007 telah mendapat sertifikat organik intenasional dari IMO (Institute for Marketecologi), sebuah lembaga sertifikasi bertaraf internasional yang berkedudukan di Swiss (Switzerland), jenis sertifikat adalah : USDA/NOP untuk pasar Amerika dan EU reg. 2092/91 untuk pasar Uni Eropa.

Peningkatan produksi gelondong mete tersebut diolah terlebih dahulu menjadi kacang mete sebelum diekspor maka akan menambah devisa sekitar US$ 358 juta. Belum termasuk nilai tambah dari pengolahan kulit gelondong menjadi CNSL. Untuk mengetahui secara rinci, berikut hasil wawancaranya: Menurut anda, bagaimana kondisi jambu mete Indonesia saat ini di kancah dunia? Produksi gelondong mete Indonesia saat ini sekitar 146.000 ton pertahun. Sekitar 42% dari produksi tersebut diekspor dalam bentuk gelondong mete, 10% diekspor setelah dikacip menjadi kacang mete, dan 48% dikonsumsi di dalam negeri. Nilai ekspor mete Indonesia pada tahun 2007 sekitar US$ 83 juta yang berasal dari ekspor gelondong mete sebesar US$ 58 juta dan dari ekspor kacang mete US$ 25 juta. Dengan tingkat produksi gelondong mete seperti di atas, Indonesia masih tergolong sebagai negara kecil dalam industri mete dunia. Produksi gelondong mete dunia saat ini sekitar 2.400.000 ton, lebih dari setengahnya dihasilkan oleh dua negara produsen utama yaitu Vietnam (35%) dan India (20%). Produsen lain adalah Brazil (11%), Nigeria (9%) dan Indonesia (5%). Bagaimana perkembangan produk mete di perdagangan internasional? Komoditas produk intermediate mete di pasar internasional adalah gelondong mete dengan harga sekitar US$ 700/ton, kacang mete yaitu gelondong mete yang telah dibuka kulitnya dengan harga sekitar US$ 3500/ton, dan minyak CNSL yaitu minyak yang diekstrak dari kulit gelondong mete. Sucahyo Lukito telah memetik hasil dari kerja kerasnya merintis usaha mete organic asal Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Flores merupakan daerah yang memiliki potensi yang besar untuk dapat memanfaatkan peluang pasar tersebut. Lahan pertanian di Flores, juga masih cukup besar, bagi pengembangan mete organik karena kebanyakan pertanian di Flores masih dikelola secara tradisionil. (Sumber: data hasil kunjungan dan data data dari media terkait dan diolah oleh Frans Hero. K. Purba)

Tuesday, October 18, 2011

POTENSI EKSPOR STRATEGI PRODUK AGRIBISNIS INDONESIA KE RUSIA


Rusia merupakan salah satu Negara yang merupakan pasar potensial bagi produk ekspor Indonesia, ada beberapa hal yang memungkinkan peluang tersebut, Pertama dengan luas wilayah yang membentang dari Eropa sampai Asia, Rusia merupakan negara terluas wilayah daratanya di dunia dari empat negara di dunia yang menjadi kekuatan ekonomi baru selain Brasil, China dan India. Kedua, jumlah penduduk Rusia sekitar 142 juta jiwa dengan pendapatan perkapita USD 14.600,00. Salah satu alasan utama diterapkannya strategi internasional adalah bahwa pasar internasional menghasilkan peluang baru yang potensial. Kerjasama dibidang pertanian dan peluang pasar ekspor dalam ekspasi pasar merupakan salah satu strategi pasar yang perlu diterapkan dalam berbagai strategi.Rusia merupakan juga pasar potensial dunia, dengan PDB per kapita pada 2009 mencapai lebih dari US$ 15.200, dengan populasi Rusia sekitar 140 juta jiwa. Rusia merupakan importir terbesar nomor 11 dunia dengan total impor lebih dari dari US$ 160 miliar pada tahun 2009. Dengan adanya peningkatan hubungan kerjasama antara Indonesia –Rusia, hal ini sudah terlihat berdasarkan Deklarasi mengenai dasar hubungan persahabatan dan kemitraan diantara Rusia dan Indonesia dalam abad XXI. Neraca perdagangan Indonesia-Rusia masih kecil, pada tahun 2006 hanya US$ 680 Juta dan defisit bagi Indonesia. Ekspor utama Indonesia adalah produk-produk pertanian yang pada 2006 berjumlah US$ 272,5 Juta dan cenderung meningkat. Sebaliknya impor Indonesia dari Rusia pada 2002 nilainya US$151,3 Juta. Pada 2003 impor Indonesia menurun menjadi US$ 99,8 Juta, kemudian meningkat pada 2004, Impor Rusia dari Indonesia pada Mei 2004 nilainya US$ 16,6 Juta dan pada bulan April nilainya US $ 15,9 juta. Dibandingkan nilai impor bulan Mei 2004 dengan nilai impor bulan April 2004, maka nilai impor Rusia dari Indonesia naik sebesar US $ 0,7 juta juta atau 4,4 %. dan 2005, yakni US$223,4 juta dan US$ 431, 5 Juta, pada 2006 menjadi US$ 416 Juta. Total perdagangan Indonesia-Rusia setiap tahunnya naik sebesar 12,11%, dengan nilai perdagangan mencapai US$ 774,89 miliar pada 2009. Beberapa komoditi Indonesia yang diimpor Rusia tahun 2004 dengan nilai diatas US $ 0,5 juta dan pangsanya terhadap pasar Rusia:

· HS 09 Kopi, teh dan Rempah-rempah US$ 1,677juta, pangsa 7,6 %.

· HS. 18 kakao dan olahannya US$ 0,514 juta, pangsa 1,9 %.

· HS.15 Minyak nabati US$ 5,036 Juta, pangsa 13,5%.

Untuk ekspor terbesar Indonesia ke Rusia di antaranya minyak sawit mentah / CPO, teh, margarin, dan tembakau, Rusia merupakan juga pasar potensial bagi Indonesia. Pada tahun 2005, dari data yang dikumpulkan oleh BPS Indonesia mencatat surplus US$ 126 Juta dari volume perdagangan yang jumlahnya mencapai US$ 574 juta. Beberapa komoditi seperti teh, tekstil, dan CPO ternyata laku di pasaran Rusia. Kerjasama dalam bidang pertanian ini kiranya dapat lebih ditingkatkan lagi dengan peluang pasar yang ada dengan jumlah permintaan produk pertanian yang beraneka ragam tersebut. Mencermati hal ini peluang pasar yang ada dan hubungan yang baik antara Indonesia-Rusia merupakan suatu nilai tambah dalam meningkatkan kerjasama bilateral khususnya di bidang pertanian. (sumber: KBRI Rusia, BPS dan info data sumber terkait, data diolah oleh F. Hero K. Purba,)

Thursday, October 13, 2011

Perkembangan dan Potensi Komoditi Mete Indonesia dan produk turunannya untuk Orientasi Ekspor


Produk mete mempunyai peluang untuk memasuki pasar global, namun akan mendapat persaingan dari negara lain. Pasar di negara-negara industri dikuasai oleh konsumen yang menghendaki produk perkebunan yang aman, berkualitas tinggi, dan memiliki risiko minimal bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Untuk menghasilkan produk perkebunan yang memenuhi standar konsumen, tidak hanya kualitas produk yang harus diperhatikan, tetapi juga proses produksi, pengemasan, dan distribusinya sampai ke tangan konsumen.

Produksi mete gelondongan dalam skala nasional berada di kisaran 95.000 ton per tahun, jumlah ini tidak mengalami peningkatan berarti selama 10 tahun terakhir. Penghasil mete utama adalah Sultra (35 % produksi nasional), Sulsel (25 %), Lombok, Flores dan Sumbawa (30 %) serta Jawa-Madura (10 %). Kacang mete merupakan jenis bahan makanan yang diperdagangkan secara internasional dan memiliki harga per satuan berat termahal kedua setelah vanila.

Indonesia merupakan penghasil mete terbesar di dunia setelah India, Vietnam, Afrika Barat, Afrika Timur dan Brasil. Penghasil mete gelondongan (mete yang belum dibuka cangkangnya/belum dikacip, cashews in-shell) adalah Afrika Barat (25 % dari produksi dunia), disusul oleh India (22 %), Vietnam (21 %), Brazil (16 %), Afrika Timur (9 %) dan kemudian Indonesia (5 %). Hampir seluruh produksi mete di dunia (90 %) dihasilkan oleh petani kecil di pedesaan. Walaupun ada sekitar 25 negara penghasil mete, namun sebagian besar (99 %) pangsa pasar kacang mete (biji mete olahan, cashews kernels) dikuasai oleh tiga negara saja, yaitu India, Vietnam dan Brasil. Indonesia merupakan penghasil mete terbesar di dunia setelah India, Vietnam, Afrika Barat, Afrika Timur dan Brasil. India merupakan negara pengekspor kacang mete terbesar di dunia, menggantikan kedudukan Afrika Barat yang industri kacang metenya rontok sejak era 1980-an, disusul oleh Vietnam, yang industri metenya baru berkembang sekitar 15 tahun lalu, namun karena pesatnya pertumbuhan berpeluang menjadi pengekspor kacang mete terbesar di dunia. Untuk memenuhi industri kacang metenya, India mengimpor mete gelondongan dari Afrika Barat, Afrika Timur dan Indonesia. Sedangkan Vietnam mengimpor mete dari Afrika Barat dan Indonesia. Sekitar 600 ton mete gelondongan dunia diekspor ke India dan Vietnam setiap tahunnya. Brasil sebagai pengekspor kacang mete terbesar ketiga, selama ini masih dapat memenuhi kebutuhan metenya sendiri. Selain buah jambu Mete dapat dimakan, inti mete gelondong yang dikenal sebagai kacang atau biji mete merupakan camilan gurih renyah yang harganya mahal. Selain itu, biji mete juga dapat diolah sebagai permen kering, selai, buah kaleng, dan anggur mete. Mete gelondong adalah buah sejati jambu mete. Akar mete dapat diolah sebagai obat pencuci perut. Manfaat daun mete tua sebagai obat luka bakar, sedangkan daun muda sebagai lalapan. Kulit kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan tinta, pewarna, obat kumur, dan sariawan. Batang pohon menjadi bahan baku lem perekat buku.Kulit kacang mete juga memiliki kegunaan, yakni dapat diolah menjadi minyak atau dimanfaatkan langsung sebagai bahan bakar pada industri tahu. Kulit mete gelondong mengandung cairan kulit yang disebut cashew nut shell liquid (CNSL). Minyak itu bermanfaat sebagai bahan dasar vernis, perekat, pelunak gesekan, pelapis rem dan kopling, kosmetik, pengawet kayu, hingga bahan campuran minyak rem pesawat.Giyatmi (49), warga Dusun Sedran, Desa Sambirejo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, sejak tahun 1996 menekuni pembuatan CNSL. Kini setiap minggu dia mengirim minimal 4.620 liter CNSL ke sebuah pabrik kampas rem di Jakarta dan 15 ton minyak serupa ke Semarang. Belum lagi kiriman ke sebuah pabrik cat dan lem di Surabaya. Harga satu liternya Rp 4.500. Potensi produk dari jambu mete ini harus dikembangkan lagi mengingat peluang pasar dan orientasi permintaan jika dikembangkan memungkin peluang besar. (Sumber: Berbagai data terkait dan Media, data diolah F. Hero K. Purba)

Wednesday, October 12, 2011

Persaingan Global dalam Strategi Pemasaran Internasional diera Krisis


Menurut sudut pandang pasar global kemampuan ini adalah daya tarik (attractiveness) suatu produk atau jasa yang membuat pelanggan global memilih produk atau jasanya diantara banyak pilihan yang tersedia. Apa saja unsur-unsur daya tarik yang menpengaruhi pilihan itu dari sudut pandang pelanggan? Empat faktor yaitu: Mutu (Quality), Harga (Price), Penyerahan (Delivery) dan Jasa Pelayanan (Service). Kemampuan bersaing, suatu bisnis dapat memperoleh keunggulan bersaing (competitive advantage). Proses untuk memperoleh keunggulan ini merupakan perjuangan tersendiri apalagi dalam pasar global yang tiada proteksi. Keunggulan ini dalam situasi nyata adalah membalikkan pilihan yang diketahui (converting informed choice) kedalam tindakan yang tepat waktu dengan cara yang lebih menjamin dibandingkan pemecahan yang pesaingnya agar lebih berkualitas dalam pemasarannya.

Setiap bisnis harus mengembangkan serta menemukan sebuah strategi yang kompetitif, untuk fokus di pasar domestiknya. Level strategi – internasional bisnis memiliki ciri yg unik yaitu, negara dimana perusahaan tersebut beroperasi merupakan bagian paling penting dalam sumber Menjalankan strategi pemasaran, tiap perusahaan dapat memilih mana yang paling sesuai bagi produk dan sasaran pasarnya.Daya juang serta ketekunan memang diperlukan di dalam menjalankan suatu bisnis tertentu. Tidak ada bisnis yang dibangun dalam sekejap akan memberi hasil yang memuaskan dalam jangka waktu panjang. Waktu jualah yang akan menjawab apakah seseorang dapat bertahan dan berkembang di dalam menjalankannya. Inovasi dan Sistem Informasi Strategik Pemasaran Internasional menjanjikan peningkatan kinerja, namun keengganan di kalangan manajemen puncak untuk menyinergikan keduanya masih cenderung tinggi. Hal ini dapat dipahami, karena penelitian yang terhadulu sebagian besar hanya mempelajari pengaruh satu aspek saja terhadap kinerja, misalnya Inovasi atau Teknologi Informasi saja. Riset yang mempelajari keterkaitan Strategi Inovasi dan Teknologi Informasi yang menjadi elemen utama dalam Sistem Informasi Strategik.

Didalam era krisis salah satu solusi adalah melihat peluang yang tepat sasaran dan pemaantauan pasar berdasarkan survey pasar, kompetisi harga dan pasokan produk yang akan perusahaan pasarkan. Perusahaan yang berpikir secara global memiliki keunggulan kompetitif. Pasar domestik terbilang matang bagi kebanyakan perusahaan. Satu-satunya potensi pertumbuhan yang signifikan terletak di luar negeri. Bagi perusahaan, untuk bias memasuki ke pasar global juga merupakan kunci pertumbuhan. (Sumber: Berbagai data terkait dan Media, data diolah F. Hero K. Purba)